Saturday, June 11, 2016

MINGGU BIASA XI TAHUN C 2016

YUBILEUM BAGI ORANG SAKIT 
DAN MEREKA YANG MEMBANTUNYA 
(12 JUNI 2016)

Cara Allah mencintai umat-Nya melalui banyak hal, salah satunya dengan memberikan teguran atau hukuman dan pengampunan. Dengan pemberian teguran atau hukuman, Allah bukan ingin menghakimi kita melainkan ingin menunjukkan betapa belaskasihnya Allah kepada diri kita. Tanpa sebuah teguran atau hukuman, kita tidak akan mengerti, sadar dan sesegera mungkin bertobat dari aneka kesalahan dan dosa yang kita telah perbuat. Cara Allah menegur atau menghukum kita juga melalui banyak cara, salah satunya melalui perantara orang-orang yang ada di dekat kita. Demikian juga yang dialami oleh Daud. Dengan teguran yang diberikan Natan kepadanya menyadarkan Daud dari segala dosanya. Sebagai tanda belaskasih, Allah masih mau mengampuni segala dosanya berkat kesadaran dan pertobatan Daud (bdk 2 Samuel 12:7-10.13).


Kita menjadi selamat dan memperoleh belaskasih Allah bukan karena kita mentaati hukum melainkan karena iman kita kepada-Nya. Hukum diberikan agar kita mampu mawas diri, sehingga menjadi tahu mana yang baik dan mana yang salah; mana yang dikehendaki Allah dan mana yang bukan seturut kehendak Allah. Kita akan mampu melakukan itu semua jikalau mempersilahkan Allah tinggal di dalam hati kita, membiarkan suara-Nya senantiasa bergema, membiarkan kita diajari dan dituntun oleh-Nya. Hanya dengan cara itu, kita akan memperoleh hidup bersama dengan Allah (bdk. Galatia 2:16.19-21).

Belaskasih akan dicurahkan Allah ke dalam diri kita, jikalau kitapun mampu berbelaskasih kepada sesama. Belaskasih yang kita terima akan semakin besar, jikalau kita semakin besar pula berbelaskasih kepada sesama. Ini mengartikan bahwa kita terlebih dahulu yang berbelaskasih kepada sesama, bukan menunggu Allah mencurahkan belaskasih-Nya ke dalam diri kita. Tanda belaskasih akan diterima, kalau kita menyesal dan bertobat. Penyesalan dan pertobatan tidak cukup hanya dikatakan sambil meneteskan air mata, melainkan nyata di dalam perbuatan. Sebab setiap perbuatan mempunyai ganjarannya masing-masing. Karena itu Allah melihat hati yang tercetus di dalam perbuatan (bdk. Lukas 7:36-8:3).

Dalam rangkah Tahun Kerahiman, pada hari Minggu 12 Juni 2016 ini juga Gereja menetapkan sebagai Tahun Yubileum bagi orang sakit dan mereka yang membantunya. Melalui Tahun Yubileum ini Bapa Suci mengajak kita semua untuk lebih merenungkan kembali akan kehadiran Yesus sebagai Allah Yang Maha Rahim yang peduli kepada orang sakit dan menderita. Sebab mereka yang sakit dan menderita membutuhkan belaskasihan melalui sapaan, kunjungan dan doa-doa. Karena orang yang sakit bisa juga karena dosa akibat kelalaian tidak bisanya menjaga diri dari segala kondisi. Yesus sendiri mengatakan “ Ketika Aku sakit, kamu melawat Aku “ (bdk. Matius 25:36b); melalui perkataan ini Yesus mau mengatakan bahwa di dalam diri sesama kita yang sakit dan menderita, di situlah Yesus hadir. Maka ketika kita melawati orang sakit sama halnya kita datang kepada Yesus yang sedang menderita. Orang yang sedang berbaring karena sakit telah turut serta mengambil bagian dalam sengsara Yesus. Sakit dan penderitaan telah membuat seseorang menjadi tak berdaya, tak mampu berbuat apapun. Maka tidak ada sesuatu yang dikerjakannya selain menjadikan sakit dan penderitaannya sebagai tempat untuk berkhotbah dan permenungan terhadap dirinya sendiri.

Kita yang tergerak hati untuk mengunjungi dan merawat pun menjadi tanda kehadiran Allah yang Maha Rahim bagi mereka yang sakit dan menderita. Maka, kunjungan dan perawatan yang diberikan, haruslah keluar dari hati yang penuh dengan belaskasihan bukan sesuatu yang menambahkan beban. Dengan kunjungan dan perawatan yang kita berikan, juga memberikan penghiburan dan meringankan beban hidup yang ditanggungnya.

Doa-doa, penumpangan tangan dan perminyakan menjadi tanda kehadiran Allah yang penuh kerahiman dan membawa keselamatan bagi penderita. Karena itu doa-doa yang dilambungkan, penumpangan tangan dan perminyakan perlu dilandasi dengan iman akan Allah; supaya kuasa Sang Kerahiman Ilahi sungguh menjiwai diri kita yang memampukan diri kita sungguh-sungguh menghadirkan Allah yang membawa harapan akan kesembuhan. (P. Dedy. S)

No comments:

Post a Comment