Monday, December 21, 2015

PESTA KELUARGA KUDUS, MINGGU 27 DESEMBER 2015 TAHUN C

MENJADI KELUARGA KUDUS

Yesus mengajar di Bait Allah
Keluarga adalah sebuah kelompok terkecil dari masyarakat. Walaupun kecil namun membawa pengaruh besar di dalam masyarakat. Jika sebuah keluarga mampu hidup secara benar, menghadirkan Allah di dalamnya, ada komunikasi timbal balik yang baik, ada iman yang menyemangati dan ada belaskasih yang menghidupi, maka pengaruh yang baik ini akan turut serta merta membangun masyarakat yang baik pula. Maka, julukan keluarga kudus bukan saja milik Yesus, Maria dan Yosef yang disebut keluarga Nazareth, melainkan milik semua orang. Keluarga kita dapat dikatakan keluarga kudus apabila kita sendiri mampu saling mempersembahkan diri kepada Allah sebagai persembahan sejati, yang kudus dan berkenan bagi-Nya. Sebab kita dapat menjadi keluarga, juga karena berkat kebaikan dan belaskasih Allah (Bdk. 1 Samuel 1:20-22, 24-28). Seperti halnya Hana yang memiliki keluarga berkat karya belaskasih Allah.


Kita akan mampu membangun keluarga kita menjadi kudus jikalau kita menjalin kedekatan dengan Allah melalui pemberian diri kepada sesama. Inilah gaya hidup sebagai anak-anak Allah. Sejak dibaptis, diri kita sudah diangkat menjadi anak-anak Allah dan disatukan dalam bilangan keluarga Allah. Namun baptis saja tidak cukup menjadikan diri kita sebagai anak Allah, jika kita tidak terus menerus mempersembahkan diri seutuhnya kepada Allah dan menaruh kepercayaan kepada-Nya melalui cinta dan praktek belaskasih kepada sesama. Salah satu praktek belaskasih yang perlu kita lakukan adalah mengampuni kesalahan sesama seperti halnya Allah yang penuh kerahiman mengampuni dosa dan kesalahan diri kita. Jika kita lakukan semuanya ini, berarti kita melaksanakan kehendak Allah (Bdk. 1 Yohanes 3:1-2, 21-24).

Yesus, Maria dan Yosef disebut keluarga kudus selain berkat ketaatannya kepada Allah dan segenap kehendak-Nya, juga memiliki kebijaksanaan bersama Allah dan ketajaman budi pekerti tentang Allah. Ketiga hal itu dapat dimiliki berkat kebiasaannya datang ke rumah Allah. Allah selalu mendapatkan tempat di dalam hati dan budi pekerti mereka. Maka, kita pun perlu meneladan mereka dengan membangun kebiasaan untuk selalu tinggal di rumah Allah sebagai Dialah Bapa kita dan kita sebagai anak-Nya (Bdk. Lukas 2:41-52). (P. Dedy.S)


No comments:

Post a Comment