Saturday, May 28, 2016

HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS TAHUN C 2016

EKARISTI PUNCAK HIDUP DAN IMAN

Setiap 14 hari setelah Pentakosta, Gereja merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah. Melalui hari raya ini, Gereja mau mengajak kita untuk lebih memaknai Ekaristi sebagai puncak hidup dan iman kita. Puncak dari ekaristi sendiri adalah komuni. Di sinilah kita mengalami persatuan dengan jemaat dan Allah sendiri. Selama hosti yang kita terima belum dikonseklir, akan tetap berupa roti. Ketika sudah dikonseklir di dalam konsekrasi saat Doa Syukur Agung, maka roti dan anggur itu sudah bukan lagi roti dan anggur, melainkan berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Karena itu setiap kali menyambut komuni, kita harus mengatakan “Amin” dengan lantang sebagai tanda bahwa kita percaya akan kehadiran Yesus dalam rupa hosti kudus. Walaupun hanya hosti yang kita terima saat komuni, sejatinya di dalam satu hosti sudah tersatukan tubuh dan darah. Sebab keduanya tidak dapat dipisahkan. Hanya seorang imam yang dapat melakukan konsekrasi, karena merekalah wakil Kristus dalam menguduskan dan mempersatukan kita. Maka sebelum seorang imam menguduskan kita, dirinya sendiri harus terlebih dulu dikuduskan bagi Allah (bdk Kejadian 14:18-20).

Ekaristi merupakan warisan iman yang berasal dari Yesus sendiri. Melalui warisan ini, kitapun diharapkan mau, rela dan setia dalam mewartakan karya keselamatan dengan cara mau, rela dan setia berbagi dengan sesama. Rela berbagi berarti rela berkorban, sama seperti Yesus yang rela berkorban bagi keselamatan manusia. Maka dengan hadir dan mengikuti ekaristi, kita menimbah kembali kekuatan yang berasal dari Allah sendiri sebagai puncak hidup dan iman kita (bdk. I Korintus 11:23-26).

Ekaristi yang kita alami sekarang merupakan lambang perjamuan kudus di dalam Kerajaan Surga, dan Allah sendiri sebagai pemimpin perjamuan. Karena itu selama hidup, kita perlu melibatkan diri secara langsung dalam membagikan kelimpahan dan kerahiman Allah kepada sesama tanpa pandang bulu melainkan didasari oleh semangat dan keutamaan ketekunan, keuletan dan kesabaran. Melalui ketiga keutamaan ini, kita akan dimampukan untuk membangun sikap rela berbagi dan berkorban bagi sesama. Karena semangat berbagi dan berkorban merupakan tanda syukur kita kepada Allah (bdk. Lukas 9:11b-17). (P. Dedy.S)

No comments:

Post a Comment