Ketika mendengar kata “hamba”, yang terlintas dalam pikiran adalah orang kecil, orang miskin dan bekerja sebagai bawahan. Hidupnya penuh penindasan, serba tidak enak, selalu diinjak-injak, tidak dihargai, disepelehkan dan sering menjadi korban masyarakat. Orang-orang seperti ini tidak mengalami pembelaan. Namun Tuhan tetap memperhatikan mereka dan melakukan pembelaan terhadapnya. Bahkan di dalam diri mereka, Tuhan mengenalkan diri-Nya. Karena mereka menggantungkan segala bentuk pertolongan hanya kepada belaskasih Allah melalui Penyelenggaraan Ilahi (bdk. Amos 8:4-7).
Sikap hamba perlu dimiliki oleh setiap manusia. Berkat sikap tersebut, relasi antara manusia dan Allah menjadi dekat. Kedekatan tersebut akan memampukan manusia untuk menyampaikan permohonan kepada-Nya. Permohonan seorang hamba kepada Allah, diperuntukkan bagi semua orang entah orang kaya maupun orang miskin. Sebab Allah tidak pernah membedakan kelas dalam masyarakat. Semua diperlakukan sama oleh Allah. Maka yang perlu dimohonkan kepada Allah yakni: kerukunan, kedamaian, kepedulian dan solidaritas. Karena kesemuanya itu mengantar setiap manusia kepada keselamatan yang dijanjikan Allah (bdk. 1 Timotius 2:1-8).
Menjadi seorang hamba Allah diperlukan kerendahan hati, kesetiaan, pengabdian yang tinggi, loyalitas, kejujuran, berkeadilan, kesetiakawanan, solidaritas dan peduli sesama manusia. Kerendahan hati diperlukan untuk mendengarkan Sabda dan kehendak Allah. Kesetiaan seorang hamba hanya diungkapkan kepada Allah melalui berbagai hal kecil yang ada di lingkungan sekitarnya, termasuk ketika kesulitan melanda hidupnya. Untuk menunjukkan pengabdian dan loyalitasnya kepada Allah, seorang hamba perlu menunjukkannya pula kepada sesama terutama dalam pelayanan kepada yang miskin, menderita dan marginal. Apabila semua ini dapat dilakukan, maka manusia akan mengalami belaskasih Allah yakni memperoleh keselamatan (bdk. Lukas 16:1-13). (P. Dedy.S)
No comments:
Post a Comment