Thursday, April 21, 2016

CINTA DASAR HIDUP MENGGEREJA

MINGGU PASKAH V TAHUN C 2016

Gereja tidak dapat hanya dimengerti dan dipahami sebagai gedung tempat beribadah saja, melainkan sebagai perkumpulan umat beriman. Karena itu setiap anggota Gereja, yang sudah dibaptis dan calon baptis perlu hadir dan berkumpul bersama dalam mengalami hidup menggereja. Hadir saja tidak cukup tanpa sebuah keterlibatan bersama. Setiap anggota Gereja mau berkumpul karena didasari oleh semangat cinta kasih. Tanda yang menyertai perbuatan cinta kasih yaitu: kemauan untuk saling berbagi, saling meneguhkan, saling menguatkan, saling memaafkan, saling mengampuni, saling berbela rasa, saling menguduskan dan saling bekerja sama satu terhadap yang lain di dalam kebajikan dan kebenaran. Dengan demikian setiap orang menjadi sadar bahwa sesungguhnya di dalam perbuatan besar itu Allah mau menunjukkan kebaikan hati dan belaskasih-Nya (bdk. Kis 14:21b-27).


Allah sebagai satu-satunya Sumber Cinta Kasih tetap memperhatikan setiap kesesakan yang kita alami oleh karena berbagai hal seperti: tangisan, derita, kesusahan, penganiayaan, hinaan dan segala macam yang mencucurkan air mata. Allah sungguh mengerti situasi dan segala hal yang terjadi di dalam segenap perjalanan hidup kita. Allah mengganti dan mengubah semuanya yang penuh sesak itu menjadi hati yang dipenuhi sukacita berlimpah. Dengan mengalami sukacita, tanpa kita sadari sesungguhnya Allah akan terus menerus memperbaharui diri dan hati kita. Melalui pembaharuan tersebut, Allah ingin agar hati dan pikiran kita terbuka lalu menjadi sadar selanjutnya mengakui bahwa Cinta Kasih Allah tak pernah berkesudahan. Allah juga ingin agar siapapun yang mengalami cinta kasih-Nya, lalu dengan sepenuh hati dan jiwa dengan rela membagikannya secara turun temurun. Supaya semua orang tergerak hati untuk kembali memandang wajah Allah  dan mengalami cinta kasih Allah seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya sendiri (bdk. Why 21:1-5a).

Karena Allah tiada hentinya melimpahkan cinta kasih-Nya kepada kita sebagai Gereja, maka tugas kita selanjutnya adalah melaksanakan hidup yang diwarnai kemauan untuk saling mengasihi melalui karya, panggilan dan cara kita masing-masing. Semakin kita rela saling mengasihi, maka diri kita akan semakin berkelimpahan dalam segala hal. Tidak ada cinta tanpa sebuah kepercayaan, dan tiada pula cinta tanpa sebuah pengorbanan diri. Karena tanpa cinta kasih, kita tidak akan mampu berbuat apa-apa. Maka iman, kepercayaan dan pengorbanan adalah wujud cinta kasih (bdk. Yoh 13:31-33a.34-35). (P. Dedy.S)


No comments:

Post a Comment